Hancur dan Terbuang Aku Satu dari bermilyar manusia di bumi Yang punya banyak sekali mimpi Aku Ingin ketika aku bermimpi Bukan hanya sekedar mimpi Aku Ingin mendapat apa yang aku perjuangkan Bukan malah menerima kehancuran Aku Lelah untuk berjuang Jika akhirnya hanya menjadi yang terbuang
Postingan
Sampah Kadang aku ingin menjadi cinta Yang namanya selalu terukir dalam bayang-bayang Yang menjadi alasan seseorang berjuang Yang selalu membuat mabuk kepayang Kadang aku ingin menjadi rindu Yang selalu membuat candu Entah berapa kali bertemu Kadang aku ingin menjadi benci Yang suatu saat menjadi cinta Ah, tetap saja ujungnya dicinta Cinta, engkau selalu indah Apalah daya Aku hanyalah sampah. Ah, aku lupa kadang cinta juga seperti sampah yang habis manis, sepah dibuang Yasudah, sama sama sampah tidak berguna pula ujungnya.
Resensi Novel POP i. Identitas Buku a. Judul Buku : Pukat “Serial Anak – Anak” b. Judul Resensi : Pukat Si Jenius c. Nama Pengarang : Darwis Tere Liye d. Tahun Terbit : Februari 2014 e. Cetakan : Cetakan V f. Tebal Buku : 350 halaman Sinopsis : Darwis Tere Liye atau yang lebih akrab disapa dengan sebutan Tere Liye ini adalah seorang penulis yang lahir di Lahat, Sumatera Selatan. Tere Liye telah berhasil menerbitkan sejumlah buku, dan beberapa diantaranya telah difilmkan. Tere Liye dalam menceritakan tokoh dalam setiap novelnya selalu memiliki nila-nilai kehidupan di dalamnya. Contoh salah satu karya novel Tere Liye adalah Pukat. Pukat adalah salah satu novel berseri yang Tere Liye ciptakan. Pukat adalah anak kedua dari empat bersaudara. Bapaknya bernama Syahdan dan Ibunya bernama Nurmas. Mereka adalah keluarga yang sangat sederhana. Puka
Resensi Novel Klasik I. IDENTITAS BUKU a. Judul : Dikejar Bayangan b. Nama Pengarang : Djawastin Hasugian c. Tahun Terbit : Tahun 2007 d. Cetakan : Cetakan ke-9 e. Tebal Buku : 104 Halaman Sinopsis Pak Rambe adalah seorang duda yang baru saja ditinggal oleh istrinya selama dua bulan. Sekarang ini, ia tinggal bersama kedua anak dan Ibunya. Pak Rambe masih sering merasakan kehadiran istrinya di sisinya. Bukan hanya Pak Rambe saja yang merasakannya, namun anak dan Ibunya-pun masih merasakannya. Pagi itu cuacanya sangat cerah, Pak Rambe sedang berada di tengah pekarangan rumah, membakar sampah sambil menunggu anak – anak dan Ibunya yang terlalu lama pulang dari bukit. Ia menduga bahwa Mufti, Fitri, dan Ibunya pergi ziarah ke makam istrinya. Tetapi tak lama kemudian, terdengar suara mereka dari jalan me
Bosan Mungkin kata itu yang pertama kali terucap oleh jagat raya Ketika aku menyebut namamu Dalam kata rindu yang menggebu Aku terlalu candu Untuk sesuatu yang tabu semacam itu Berharap Kata itu bukan sekedar kata Atau harapan semata Sang kejora seolah tau apa yang sedang di benakku Ia selalu mengkerlipkan cahyanya Seolah pertanda Bahwa ia merindukanku juga Aku hanyalah seorang pengemis cinta Yang selalu meminta Bahwa itu bukanlah ilusiku semata -Arm. Jakarta, 9 Apr'17